Sunday 17 March 2019

Sembilan Nilai Pemikiran Gusdur


Kearifan Lokal: Sumbu Gerakan Perjuangan Gusdur
Jodipan, Malang
Jodipan, Malang
“Sembilan nilai Gus Dur adalah nilai-nilai utama yang menjadi sumbu gerakan perjuangan Gus Dur. Gus Dur tidak meletakkan kekuasaan sebagai sumbunya. Tidak juga politik, kedudukan dan kekayaan. Gus Dur juga tidak hanya mengelola 1 isu, tetapi segala hal yang terkait 9 nilai ini pasti akan di respon oleh Gus Dur. Tengoklah setiap sepakterjang Gus Dur. Niscaya kita akan melihat nilai-nilai ini bertebaran” - Alissa Wahid.
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Perlawanan yang bersifat paradoks kerap kali dilangsungkan oleh tokoh jempolan; Gus Dur, dan terkadang besebrangan dengan pendapat mayoritas masyarakat sehingga sering kali mendapat julukan tokoh kontroversial sebagai labeling. Sebagai masyarakat awam, sudah seharusnya kita menggali pemahaman terhadap nuansa pemikiran dan tindakan Gus Dur yang sangat mendalam dalam persoalan kehidupan. Perumusan 9 nilai pemikiran Gus Dur pada peringatan setahun wafatnya Gus Dur merupakan aparatus yang dapat kita jadikan teladan dan warisan Gus Dur yang dapat kita kenyam dalam kehidupan. 9 nilai Gus Dur meliputi: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Persaudaraan, Kesedrhanaan, Kesatriaan serta Kearifan Lokal.

Kearifan lokal yang dijadikan Gus Dur sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial, budaya, dan politik merupakan salah satu spektrum 9 nilai Gus Dur yang menarik bagi penulis. Kearifan lokal masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai falsafah dan sifat-sifat rohaniah yang tinggi dapat ditemukan dalam kesenian wayang.  Wayang merupakan sarana upacara untuk menyembah leluhur dan pemujaan roh nenek moyang pada saat masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dinamisme dan kemudian masuklah budaya Budha yang memperkenalkan cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai isi lakon pewayangan.


Perkembangan kesenian wayang; selain sebagai media hiburan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, wayang juga dapat dialih fungsi menjadi sarana dakwah seperti yang dilakukan oleh para wali dalam penyebaran Agama Islam. Pementasan wayang yang sederhana dan terbuka dapat merangkul masyarakat yang secara tidak langsung mendorong mereka untuk saling berinteraksi tanpa memandang keberagaman status sosial juga mengajak untuk bersama-sama menjaga persatuan dan saling toleransi. Karakteristik tokoh pewayangan dapat Mengangkat kearifan lokal disertai ajakan untuk menjaga nilai kejujuran, menjaga sikap hormat terhadap orang tua dan guru, serta mengembangkan prilaku toleran terhadap sesama.

Kisah inspiratif dan persuasif lakon pewayangan yang mengandung nilai-nilai kerohanian dapat diterima oleh semua penganut Agama karena tidak adanya insinuasi yang mencerminkan diskriminasi. Dengan demikian, penulis mendeklarasikan kesenian wayang sebagai kearifan dan moral lokal masyarakat Indonesia yang membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban seperti dalam 9 nilai pemikiran Gus Dur.


2 comments:

Bolang Edukasi Sapi Perah

Daerah Terpencil, Penghasil Susu Sapi Perah di Kota Batu Koperasi Margo Makmur Mandiri Dapat meneguk segelas susu sapi murn...