Sunday 28 April 2019

Bolang Edukasi Sapi Perah


Daerah Terpencil, Penghasil Susu Sapi Perah di Kota Batu


Koperasi Margo Makmur Mandiri

Dapat meneguk segelas susu sapi murni secara langsung di tempat ternaknya memiliki kenikmatan tersendiri. Kita dapat menikmati  susu yang masih hangat dengan mencium aroma sapi yang khas di sekitar kita. Wejangan makanan ringan dan dua teko penuh susu hangat membayar lelahnya ngebolang dari mulai kepanasan hingga kedinginan di tengah pegunungan.

Sapi perah adalah sapi yang di budidayakan secara masif dan khusus agar sapi dapat menghasilkan susu dalam jumlah besar. Peternakan sapi dapat berupa peternakan besar yang bersifat komersial atau hanya berupa ternak rakyat. Di Dusun Brau, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu, ternak sapi perah merupakan mata pencaharian untuk pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat setempat. Pemerahan sapi dapat dilakukadengan cara manual atau pun dengan menggunakan mesin (vacuum). 


Sapi Betina
Proses Pemerahan
Dalam sehari peternak dapat memerah susu sapi sebanyak dua kali, pada saat pagi hari dan sore hari. Satu kali proses pemerahan dapat menghasilkan kurang lebih 17-20 liter dan biasanya akan menghasilkan lebih banyak susu setelah sapi betina melahirkan.

Umumnya, penduduk Dusun Brau menjeniskan sapi jantan sebagai sapi pedaging dan jenis betina sebagai sapi penghasil susu. Sapi jantan dan betina di tempatkan pada kandang yang terpisah, sapi betina dikawinkan dengan cara kawin suntik atau yang biasa disebut dengan IB (Inseminasi Buatan). Tujuan kawin suntik pada sapi perah adalah untuk memperbaiki mutu genetika ternak. “Ketika sapi dikawinkan secara alami, sapi jantan cenderung lebih agresif dan tidak menutup kemungkinan dapat menyakiti sapi betina, bahkan pernah mengamuk sampai kandang ternak hampir roboh.” Ujar salah satu anggota koperasi sapi perah Dusun Brau Mba Wulan (27/04).

Untuk meningkatkan produktivitas susu, para peternak memberikan asupan nutrisi pada sapi-sapi mereka. Komposisi yang digunakan sebagai nutrisi biasanya berupa wafer atau biscuit yang sudah kadaluwarsa dan sudah menjalani proses penggilingan. Selain wafer dan biscuit, penduduk Dusun Brau juga menggunakan bekatul, KU (kotoran ulat), dan juga mineral.


Mesin penggiling Pakan Ternak
KU (Kotoran Ulat)









Bekatul
Wafer









Komposisi yang telah dicampur dengan air sudah dapat diberikan kepada sapi-sapi perah sebagai asupan nutrisi. Pemberian minum atau asupan nutrisi ini biasa di sebut dengan istilah combor oleh penduduk Dusun Brau. Mereka memberi makan sapi sebanyak 2-3 kali dan asupan nutrisi sebanyak 3 kali dalam sehari, dan juga dengan persediaan air minum yang tidak terbatas.

Jika produktivitas susu meningkat, pengolahan susu sebagai bahan pangan pun akan semakin bervariasi. Namun, sebelum di konsumsi atau pun diolah menjadi makanan, susu harus di panaskan terlebih dahulu atau menjalani proses sterilisasi dengan menggunakan mesin pasteurisasi susu. Proses sterilisasi pada susu bertujuan untuk memfilter dan membunuh komponen-komponen yang terdapat pada susu sapi murni seperti bakteri atau pun kuman dan sporanya. Pihak koperasi Dusun Brau biasanya mengolah susu yang sudah di sterilisasi menjadi olahan makanan seperti stick susu atau pun di minum langsung sebagai asupan kalsium dan protein tinggi.

Mesin Packo Susu
Hasil Perahan Susu

Sunday 17 March 2019

Sembilan Nilai Pemikiran Gusdur


Kearifan Lokal: Sumbu Gerakan Perjuangan Gusdur
Jodipan, Malang
Jodipan, Malang
“Sembilan nilai Gus Dur adalah nilai-nilai utama yang menjadi sumbu gerakan perjuangan Gus Dur. Gus Dur tidak meletakkan kekuasaan sebagai sumbunya. Tidak juga politik, kedudukan dan kekayaan. Gus Dur juga tidak hanya mengelola 1 isu, tetapi segala hal yang terkait 9 nilai ini pasti akan di respon oleh Gus Dur. Tengoklah setiap sepakterjang Gus Dur. Niscaya kita akan melihat nilai-nilai ini bertebaran” - Alissa Wahid.
K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Perlawanan yang bersifat paradoks kerap kali dilangsungkan oleh tokoh jempolan; Gus Dur, dan terkadang besebrangan dengan pendapat mayoritas masyarakat sehingga sering kali mendapat julukan tokoh kontroversial sebagai labeling. Sebagai masyarakat awam, sudah seharusnya kita menggali pemahaman terhadap nuansa pemikiran dan tindakan Gus Dur yang sangat mendalam dalam persoalan kehidupan. Perumusan 9 nilai pemikiran Gus Dur pada peringatan setahun wafatnya Gus Dur merupakan aparatus yang dapat kita jadikan teladan dan warisan Gus Dur yang dapat kita kenyam dalam kehidupan. 9 nilai Gus Dur meliputi: Ketauhidan, Kemanusiaan, Keadilan, Kesetaraan, Pembebasan, Persaudaraan, Kesedrhanaan, Kesatriaan serta Kearifan Lokal.

Kearifan lokal yang dijadikan Gus Dur sebagai sumber gagasan dan pijakan sosial, budaya, dan politik merupakan salah satu spektrum 9 nilai Gus Dur yang menarik bagi penulis. Kearifan lokal masyarakat Indonesia yang mengandung nilai-nilai falsafah dan sifat-sifat rohaniah yang tinggi dapat ditemukan dalam kesenian wayang.  Wayang merupakan sarana upacara untuk menyembah leluhur dan pemujaan roh nenek moyang pada saat masyarakat masih menganut kepercayaan animisme dinamisme dan kemudian masuklah budaya Budha yang memperkenalkan cerita Ramayana dan Mahabarata sebagai isi lakon pewayangan.


Perkembangan kesenian wayang; selain sebagai media hiburan yang dapat dinikmati oleh semua kalangan masyarakat, wayang juga dapat dialih fungsi menjadi sarana dakwah seperti yang dilakukan oleh para wali dalam penyebaran Agama Islam. Pementasan wayang yang sederhana dan terbuka dapat merangkul masyarakat yang secara tidak langsung mendorong mereka untuk saling berinteraksi tanpa memandang keberagaman status sosial juga mengajak untuk bersama-sama menjaga persatuan dan saling toleransi. Karakteristik tokoh pewayangan dapat Mengangkat kearifan lokal disertai ajakan untuk menjaga nilai kejujuran, menjaga sikap hormat terhadap orang tua dan guru, serta mengembangkan prilaku toleran terhadap sesama.

Kisah inspiratif dan persuasif lakon pewayangan yang mengandung nilai-nilai kerohanian dapat diterima oleh semua penganut Agama karena tidak adanya insinuasi yang mencerminkan diskriminasi. Dengan demikian, penulis mendeklarasikan kesenian wayang sebagai kearifan dan moral lokal masyarakat Indonesia yang membumikan keadilan, kesetaraan, dan kemanusiaan, tanpa kehilangan sikap terbuka dan progresif terhadap perkembangan peradaban seperti dalam 9 nilai pemikiran Gus Dur.


Thursday 7 February 2019

Pantai Pesisir Situbondo





B
E
S
U
K
I

S
I
T
U
B
O
N
D
O





Situbondo dulu, baru Puerto Rico 
Apa sih Puerto Rico?

Terdengar asing memang, apalagi bagi kita yang belum pernah menjelajahi luasnya hamparan dunia. simplenya si Puerto Rico itu pulau yang terletak di Amerika Serikat yang memiliki keindahan pulau yang sangat marvelous, yaitu Pulau Vieques atau dikenal sebagai Blue beach.

Amerika Serikat?
Jauh nggak si? Jauh banget kan yah 😂
Situbondo aja dulu deh. Nah, kalau yang satu ini pasti udah familiar di telinga kalian kan? Siapa si yang nggak tau Situbondo, kota yang punya jalan pantura menuju Pelabuhan Ketapang.



Kenapa ke Situbondo?
pengen ajah haha, nope lah ada rahasia dibalik cerita beibeh 😍
Tanggal 02 Februari minggu lalu, mulai perjalanan dari Malang pake transportasi umum, melaju pake tayo dong hehe, dari terminal Arjosari menuju terminal Probolinggo dengan budget Rp. 18.000 kemudian melaju lagi ke Besuki ditarif Rp. 12.000 sama mamang kondekturnya. Lelah rasanya 6 jam perjalanan dengan posisi duduk yang sama 😔

But BOOM!!!!! Hempaslah tu si lelah karena tuan putri pemilik kawasan datang menjemput dengan sepeda uniknya. Ini nih yang bikin history di Besuki, kemana-mana kita pake sepeda beh. Sejauh mata memandang, terpikatlah pada Pantai Bong di pesisir Besuki yang dekat dengan alun-alun, Sederhana tapi sangat recommended buat dikunjungi kalo kalian lagi di Besuki. Don’t worry, No budget beh.

Puas rasanya menikmati keindahan panorama Pesisir Besuki, Tapi harus move on because I have other destinations. Surely! kearifan lokal daerah Besuki, Situbondo, tidak perlu ditanyakan lagi. Dengan bermalam di Dusun Sagaran, Blimbing, makes me feel healthier than before karena setiap pagi I consume udara yang masih segar tanpa seduhan polusi. Disamping itu, sambutan hangat dan juga keramahan masyarakat Besuki makes me feel like in my home meskipun kita tidak bercakap banyak karena terhalang bahasa.


Para sesepuh yang kental dengan bahasa Maduranya makes me kept silent dan tak dapat membalas transferan informasinya 😭 Tapi wait! I can speak Madura, although just a little bit. paling-paling cuma beberapa kata si hehe, contohnya Nyo’on Saporanah (mohon maaf), Engko’ (Saya) , Be’nah (kamu), Bedeh (ada), dan Mandher (semoga). Masih banyak lagi sih, tapi masih tahap belajar because I like language very much. Selain bahasa, I got culture-shock there. Nggak ada jamban beh, OUCH! mau nggak mau harus pergi ke sungai dan butuh perjuangan juga 😭 but it’s an amazing experience.




The last day in Situbondo, bersama tayo melaju ke Kapongan, tempat kawan dulu di asrama kampus. Dari terminal Besuki ke terminal Situbondo budgetnya Rp. 7.000 aja beh. Dijemputlah tuan putri oleh kawannya hehe, setelah lama muter-muter sampelah di pantai Muara Kasih yang marvelousnya nggak kalah sama Pulau Puerto Rico. Lokasinya di Gelung Tengah, Panarukan. Laju jalannya cukup sulit memang, karena masuk perkampungan penduduk yang jalannya sudah rusak dan cukup sempit tapi don’t worry beibeh, semua itu akan terbayar oleh pesona kecantikan pantai dan pastinya Instagramable banget beh.

Situbondo, Amazonss dah pokoknya mah 😍😍


Tuesday 16 October 2018

Aliran Ahmadiyah

Live in Manislor, Three Days with Jema’at Ahmadiyah

Is Ahmadiyah outside of Islam, misguided and misleading? Know closer Jema’at Ahmadiyah is the main purpose of our journey. I don’t say that it’s an observation, I prefer to say this journey as traveling with my new community, I.e. GARUDA (Gerakan Gusdurian Muda), Malang. We have lived in Manislor, Kuningan, West Java for three days and we have many activities related to Jema’at Ahmadiyah. 



It’s unexpected! You know why? I am sure that you will never know if you don’t come to Manislor, live with Ahmadi, and blend right in with them. Previously, I thought that I will get many doctrines, we will be refused because we are in different organization or even different beliefs. It’s totally wrong, we got warm reception and received gladly. The trip from Malang to Manislor takes about 18 hours, it’s so exhausting. Moreover, we use the bus as the transportation, it made us have elephant feet Ha-ha. 

After we arrived in Manislor, we got warm reception and they greeted us with a smile and told us to take a rest directly. Although we didn’t live in hotel, the facilities and the services were not inferior to a Five Star Hotel. The important thing that you have to know is we are always served food three times in a day with four healthy five perfect foods, not to mention, the snacks and coffees are always available. This is contrary to our real life as nomads who can only eat one to two times in a day even just Mie-Instant (noodles) at the end of the month. Ha… Ha….

Our activities in Manislor is associated with Jema’at Ahmadiyah, these are related to the worship, social, trade, and even their daily life. To introduce Jema’at Ahmadiyah, they did presentation which conveyed by the preaches and give us the chance to ask as much as we want, whether it’s good thing or negative news that we’ve ever heard about Ahmadiyah. Besides, we are welcome to observe the activities of Manislor society. They invited us toured the Ahmadiyah mosques manufactures of tofu and mushrooms. Last but not least, in the end of the agenda, we invited to Linggarjati museum, which is one of the famous museum in Kuningan.

Describing this valuable journey is not enough just to write it down, you will never feel what I feel before you come there. I got new friends, new knowledge, new experiences, views and new thinking, and the greater is met with the great people. Please, don’t ever have negative thinking, too aggressive of an organization, let alone give worse label to someone or group who have the same religion. Ahmadiyah, they are not the destroyers of religion, they are not our enemies, and they are just having different beliefs with us. 

Don’t hurt each other. “Love for all, Hatred for none” Hazrat Mirza Tahir Ahmad. We went home with a happy and increasingly healthy are the evidence of the great treatment of Jema’at Ahmadiyah. 
Thank you so much  

Izzani



Bolang Edukasi Sapi Perah

Daerah Terpencil, Penghasil Susu Sapi Perah di Kota Batu Koperasi Margo Makmur Mandiri Dapat meneguk segelas susu sapi murn...